Garut, Jawa Barat – Di balik sejuknya hawa Garut, tersimpan kisah inspiratif tentang seorang petani tangguh bernama Kang Dimas. Pria berusia 45 tahun ini berhasil mengubah ladang kecil warisan keluarganya menjadi kebun stroberi dan anggur yang kini dikenal hingga mancanegara.
Awal yang Sederhana
Kang Dimas memulai kariernya sebagai petani pada usia 25 tahun, meneruskan usaha pertanian keluarganya bertani sayuran cabe, tomat dan caisim. Saat itu, hasil berkebun sayuran tersebut lebih dari cukup jika untuk kebutuhan sehari-hari. Ia sadar, jika ingin maju, ia harus berpikir berbeda.
“Saya mulai belajar dari internet, ikut pelatihan, dan berdiskusi dengan petani dari luar negeri lewat media sosial,” kata Kang Dimas. Ia pun memutuskan mencoba teknik pertanian organik dan sistem tanam yang baru untuk menghemat lahan dan hasil yang lebih berlimpah.
Terobosan Stroberi & Anggur di Tanah Tropis
Setelah sekian lama bertan sayuran selanjutnya berfokus di tanaman Caisim dengan tehnik organik dan pupuk komposnya, tahun 2015 Kang Dimas mencoba menanam stroberi dan anggur impor jenis Ninel, Goz_v, Akademik dan Dixon, yang selama ini dikenal hanya tumbuh baik di iklim subtropis. “Banyak yang bilang saya gila,” ujarnya sambil tersenyum. Tapi berkat eksperimen bertahun-tahun dan sistem greenhouse, kini ia memanen stroberi dan anggur premium dengan rasa manis khas dan tampilan menarik.
Berharap Menembus Pasar Ekspor
Dengan kualitas buah yang semakin baik, Kang Dimas memberanikan diri akan memasarkan produknya ke luar negeri. Berawal dari marketplace lokal, kini ia sudah mendapat peluang mengekspor ke luar negeri.
Berbagi Ilmu dan Harapan
Kini, Kang Dimas aktif menjadi mentor bagi para petani muda melalui komunitas "Karang Taruna" dan dipercaya menjadi ketua kelompok tani yang ia dirikannya. “Saya ingin petani Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata. Kita bisa sukses tanpa harus ke kota,” tegasnya.
Penutup
Kisah Kang Dimas adalah bukti bahwa dengan semangat belajar, inovasi, dan keberanian mengambil risiko, petani Indonesia bisa mendunia. Dari ladang kecil di Garut, ia menunjukkan bahwa mimpi bisa tumbuh di mana saja bahkan di bawah bayang-bayang gunung.